Saat itu aku pergi sendiri ke Yogya dengan menaiki kereta executive, pertama kalinya aku pergi ke Yogya tapi dengan modal nekat dan keberanian akupun memberanikan diri seolah aku sering datang ke kota itu. Awalnya aku akan pergi dengan istri bosku yang kebetulan ia masih ada urusan di Jakarta maka tidak jadi menemaniku.Istri bosku bernama Ibu Wati wajahnya cukup menarik dengan kulit putih manis dan badannya yang sinyal walaupun umurnya sudah menginjak 40 tahun tapi masih kelihatan sintal dan berisi, maklumlah sering aerobik dan olah raga. Pada waktu aku di Yogya bu Wati sering menelponku hampir setiap hari bahkan sehari bisa lebih dari 2 kali, pada mulanya aku sendiri tidak tahu mengapa dia sering telpon aku.Saat itu, aku beristirahat di hotel yang lumayan bagus, berih dan murah di dekat jalan Maliobor. Karena aku sendirian di kota itu aku seringkali kesepian dan aku selalu ingat anak dan istriku di Jakarta. Akan tetapi itu semua hilang ketika bu Wati menelponku dan aku selalu menggodanya bahwa aku kesepian dan horny dikota ini karena aku sering dengan erangan kenikmatan dari sebelah kamarku, dia hanya tertawa saja. Bahkan dia menggodaku untuk mencari wanita Yogya untuk sekedar menemaniku.Beberapa hari kemudian aku mendapat kabar bahwa bosku menyuruh mba Wati untuk menemaniku di Yogya, aku berpikir wah ini kesempatan yang baik buatku untuk menggodanya, memang keberuntungan masih berpihak pada diriku. Akhirnya dia bilang bahwa dia akan menyusul dengan menggunakan kereta dan minta di bookingkan satu kamar untuknya. Aku bilang pada hari itu mungkin kamar akan penuh. Dia sedikit kecewa lalu dia bilang.
"Terus gimana dong, aku gak mau tinggal dihotel yang jauh dari kamu, ngomong ngomong Har kamar kamu ada 2 bed apa satu?"
"Kamarku cuma 1 bed tapi dibawah ranjang ada 1 bed lagi jadi mungkin aku bisa pake, emang mba mau sekamar denganku?" aku menggodanya.
"Boleh kalo tidak ada kamar lagi" aku setengah tidak percaya akan apa yang diucapkannya.
"Tapi mba aku suka tidur telanjang paling cuma pake celana saja dan selimut, apa mba gak apa apa?" aku sedikit meyakinkan dia akan kebiasaanku.
"Tidak apa apa siapa takut, masalahnya aku juga kadang seperti itu juga" Aku semakin senang mendengarnya. Lalu aku menawarkan untuk tinggal sekamar denganku bila tidak ada kamar kosong dan dia setuju.
Ketika tiba pada hari aku menjemputnya di stasiun dan setelah bertemu aku ajak ke hotel tempat aku menginap, otak ngeresku mulai jalan dan aku mulai berpikir bagaimana caranya agar dia mau sekamar denganku lalu dengan akal busukku aku berbohong bahwa kamar hotel penuh semua. Lalu aku langsung ajak mba Wati ke kamarku dan aku tidak menyangka ternyata dia mau sekamar denganku. Karena sebelumnya aku pikir dia hanya bercanda.
Ketika malam tida aku sengaja mengambil satu tempat tidur lagi, untuk menjaga agar dia tidak mempunyai pikir yang jelek tentang diriku, karena aku masih takut kalau mba Wati akan marah dan tersinggung bila aku seranjang dengannya karena biasanya itu akan dianggap tidak sopan dan senonoh serta murahan dan perempuan akan marah sekali bila dianggap seperti itu. SEbelum tidur kami ngobrol tentang macam macam dan pada akhirnya bicara tentang seks. Saking seriusnya bicara tentang seks aku memberanikan diri memancing reaksinya.
"Mbak kalo ngomongin seks kaya gini, cewekku sering kali udah basah duluan" Lalu dia menjawab.
"Ah itu sih biasa, aku aja suka basah" Tak lama kemudian suasana berubah karena dia merasa perutnya agak sakit karena kembung.
Aku mulai kasihan lalu aku menawarkan diri,
"Biar aku pijitin deh mba"
Lalu aku pijit kaki dan betisnya. Pada mulanya dia kesakitan dengan pijitanku tersebut. Otak kotorku mulai datang dan aku coba untuk memijit pahanya dan dia meringis kesakitan. Lama aku memijit pahanya dan makin lama ku kendurkan pijitanku tetapi dia masih mengerang bahkan ketika ku elus elus dia masih mengerang. Dengan segenap keberanianku aku coba mengelus hingga ke pangkal pahanya dan dia mengerang semakin menjadi, tentu saja penisku langsung berdiri apalagi ketika aku pijit dan elus bagian pahanya dia membuka pahanya lebar lebar.
Lalu aku singkapkan rok tidurnya dan aku elus di pangkal paha kemudian aku beranikan diri mengelus vaginanya, ternyata mba Wati diam saja dan mengerang, tanpa pikir panjang aku masukkan jariku ke balik celana dalamnya dan memainkan klitoris dan lubang vaginanya dengan jariku. Ternyata vaginanya sudah basah sekali, lalu aku tarik celana dalamnya dan aku mulai menciumi pahanya sampai pada gungukan vaginannya yang sangat merangsang.
Aku hisap dan jilat vaginany yang harus, mba Wati semakin mengerang kenikmatan.Lalu aku lepaskan celana dalam ku karena kebetulan aku selalu tidur hanya memakai celana dalam dan saat itu aku hanya memakai kain sarung. Dengan penis yang masih menegang aku beralih posisi di atasnya dan menciumi bibir dan kedua susunya dengan jemari tanganku memainkan pentilnya. Karena tidak sabar lalu aku masukkan penisku yang sudah tegang. Sewaktu penisku masuk ke lubang kenikmatan tersebut terdengar erangan keenakan mba Wati.
Vagina mba Wati serasa sempit karena tulang panggulnya yang seakan akan mempersempit lubangnya. Akan tetapi aku merasakan kenikmatan yang luar biasa di penisku dengan lubangnya yang sempit itu. Aku keluar masukkan penisku dan mba Wati memuka lebar lebar kakinya sambil menopang satu kaki ke dinding kamar. Aku semakin merasakan sensasi yang luar biasa ketika penisku keluar masuk, karena dinding lubangnya dan tulang panggulnya yang menggesek batang kemaluanku begitu terasa sekali.
Mba Wati terus mendesah ketika aku menekan penisku di vaginanya dalam dalam. Walau penisku berukuran normal akan tetapi sensai yang aku berikan saat aku memasuk dan mengeluarkan di dalam vaginanya membuat mba Wati kelihatan tegang.
Mba Wati akhirnya pun mencapai klimaks dan tidak bisa menahan gejolak yang ada dalam dirinya, maka keluarlah cairan dengan jumlah yang sangat banyak. Aku masih mengocok penisku karena sampai saat itu aku masih bertahan dan aku ingin memberikan kenikmatan yang dahsyat untuknya sehingga dia tidak bisa lupa dan terus ketagihan.. Aku semakin mempercepat kocokanku semakin cepat aku mengocok jeritan keenakan mba Wati semakin kencang dan tak tertahankan.
Aku merasakan sensasi yang tiada taranya, sehingga aku merasakan ada sesuatu yang akan keluar dari batangku dan akupun mempercepat irama kocokanku. Badanku semakin menegang dan Mba Wati semakin mengerang.
Dengan peluh yang mengucur banyak sekali aku tidak segera mencabut penisku dari vaginanya, aku biarkan penisku merasakan sensai vagina yang begitu nikmar. Akhirnya kami tertidur dengan tubuh telanjang. Malam itu kami lakukan lagi sampai 4kali. Pada keesokan harinya kami lakukan lagi hingga siang hari sampai 3 kali. Begitu pula pada malam harinya hingga pagi kami lakukan lagi 3 kali. Setiap hari kami lakukan terus dan sampai kembali ke Jakarta kami masih tetap melakukannya di dalam kereta walaupun hanya sebatas permainan jari jari ku dikemaluannya dan dia mengocok penisku dengan ditutup selimut.
