SEJARAH DARI LAHIRNYA NAMA BOYOLALI

Lahirnya Kabupaten Boyolali tak bisa dilepaskan dari sosok Ki Ageng Pandanaran. Pasalnya, tokoh penyebar agama Islam yang juga dikenal sebagai Sunan Bayat itu merupakan peletak cikal bakal berdirinya Kabupaten Boyolali hingga saat ini.

Memutar kembali ingatan publik perjalanan atau "Niti Tilas Ki Ageng Pandanaran" dalam sejarah terjadinya Boyolali 170 tahun lalu itu dikemas dalam bentuk pentas teater, Minggu malam.

Lokasi pentas yang dipilih pun cukup historis, yakni di bantaran Kali Gede, Sumberlerak, Kecamatan Boyolali Kota yang airnya mengalir membelah kota.

Diceritakan, Ki Ageng Pandaranan diutus Sunan Kalijaga untuk syiar agama Islam ke Gunung Jabalkat di Tembayat atau saat ini disebut wilayah Bayat, Klaten.

Dalam laku spiritualnya itu, Ki Ageng Pandaranan duduk di atas batu besar di tengah sungai. Ia menanti istri dan anaknya yang masih jauh tertinggal. Tak kunjung datang, dia menyebut 'Boya wis lali wong iki (sudah lupakan orang ini)'.

Menurut Wakil Bupati (Wabup) Boyolali M. Said Hidayat, fragmentasi ini bertujuan mengenang perjalanan Ki Ageng Pandanaran yang turut berperan dalam pemberian nama Kabupaten Boyolali. 

Sebab, nama Boyolali diyakini muncul pada saat itu di bantaran sungai ini dalam perjalanan spiritual menuju Gunung Jabalkat, Bayat.

"Inilah Boyolali. Dalam Niti Tilas ada perjalanan yang menjadi sejarah. Tanah ini jadi Boyolali karena ada sejarah yang terjadi di tempat ini,” ujar Said.

Bukan hanya pertunjukan, pada akhir Mei lalu Wabup bersama rombongan juga melakukan ziarah ke makam Ki Ageng Pandanaran di perbukitan Gunung Jabalkat di Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten. Ia meminta masyarakat Boyolali untuk meneladani sosok Ki Ageng Pandanaran.

"Ki Ageng Pandanaran adalah seorang tokoh yang memberi nama Boyolali sehingga sudah sepantasnya kita sebagai masyarakat Boyolali bersyukur dan berterima kasih atas lahirnya nama Boyolali. 

Dalam menjalani kehidupan dan langkah-langkah hidup, dia adalah pemimpin yang pantas kita teladani," kata Said.